Pages

Kalau Benar Mengapa Marah?

Sering kali, kabar burung hingga kabar burungnya burung beterbangan ke mana-mana. Jika sudah seperti itu, sudah tidak ada cara menghentikannya --kecuali kiamat.


Dalam hal ini, saya ingin menekankan pada kabar negatif tentang seseorang atau apa yang disebut gosip dalam KBBI. Sering kali, kita tidak bisa mengendalikan emosi ketika menjadi korban gosip. Ada yang memilih pergi menjauh, marah lalu dendam, dan sikap-sikap negatif lainnya bahkan sampai pembantaian.

www.ditchingdiets.com


Padahal, untuk mengatasi hal itu hanya perlu kembali ke ocehan waktu kecil atau yang saya sebut back to basics. Contohnya?


Begini, saya pernah, bahkan sering sekali, dituduh tidak-tidak ketika masih kecil (Mungkin karena sifat saya yang suka melawan dan berbohong --jangan ditiru). Namun saya menyikapinya dengan emosi dan amarah yang menggila, bahkan sampai mengamuk hanya untuk membuktikan kalau saya tidak salah.


Tapi sialnya, saat saya mengamuk pun, tidak mengubah pikiran negatif mereka yang menuduh saya. Akhirnya mereka mengklaim bahwa saya tetap salah dengan berkata:


"Kalau memang tidak salah, tak usah marah lah".

Akhirnya saya pun diam dan kabur karena begitu kesal. Dan akhirnya sadar bahwa sikap saya itu tidak tepat.


Kalimat itu rupanya sangat berguna ketika saya menghadapi gosip-gosip di masa sekarang. Karena memang betul kata pepatah di internet, kita hanya mampu menutup kuping, tapi tidak bisa menutup mulut mereka. Jadi untuk menghadapinya, saya pun kembali mengingat ocehan 'brengsek' waktu kecil tersebut, kalau memang saya benar, saya tidak perlu marah.


Bagi saya, kata itu cukup ampuh meredam emosi dan rasa kecewa. Pasalnya bukan hanya orang lain yang bergosip ria, bahkan teman dekat sendiri pun senang melakukannya. Jadi, daripada saya dendam dan menyikapinya dengan negatif yang pada akhirnya merugikan diri sendiri, sebaiknya saya bungkam dan tetap bahagia. Terdengar susah atau mudah? Tergantung pola berpikir Anda, yang pasti cara ini ampuh bagi saya.


Cara back to basics ini pun saya kembangkan sedikit. Beberapa masalah yang menurut saya merepotkan pun bisa sedikit teratasi dengan kalimat-kalimat ajaib di masa kecil. Adapun beberapa contoh lainnya seperti:
1. "Anak laki-laki tidak boleh cengeng"
2. "Ucapkan terimakasih" 
3. "Ucapkan permisi"
4. "Salam"
5. "Abis nangis ketawa, makan gula jawa"
dan lain-lain yang mungkin saya lupa.


Jadi cobalah kembali mengingat basics, karena itu yang membuat kita ingat siapa diri kita. Lanjut lagi bacanya ya!

Redaksi

Menulis adalah cara saya mencari kebenaran yang tak selalu saya anggap kebenaran.

No comments:

Post a Comment