Pages

Dasar Tidak Sopan!

"Sopan santun ialah suatu tingkah laku yang amat populis dan nilai yang natural. Sopan santun sebagai sebuah konsep nilai tetapi bukan dipahami. Sopan santun sebuah ideologi yang memerlukan konseptualisasi."

Itu kata pemilik blog Dessy Rabiah dalam blognya a62747.wordpress.com. Mengapa harus blog ini? Karena blog ini menjadi acuan google jika saya mengetik keyword "arti sopan".

Menurut saya tidak tepat jika pada kalimat awal dia menuliskan sopan santun itu populis dan natural, padahal pada kalimat ketiga ia menuliskan sopan santun itu sebuah ideologi yang perlu konseptualisasi.

Namun pada kalimat kedua ia menulis sopan santun sebagai sebuah konsep nilai tetapi bukan dipahami.

Sementara arti konseptualisasi adalah proses pembentukan konsep dengan bertitik tolak pada gejala-gejala pengamatan. proses ini berjalan secara induktif, dengan mengamati sejumlah gejala secara individual, kemudian merumuskannya dalam bentuk konsep. Konsep bersifat abstrak.

Bagaimana mungkin, sopan santun itu natural dan bukan untuk dipahami, kalau perlu konseptualisasi?

Pengertian dasar tidak sopan


Dapat maksudnya?

Nah, dari sini sudah jelas terjawab kalau sopan santun itu bukanlah sesuatu yang natural, melainkan hasil pemahaman, pengamatan, dan rumusan yang abstrak. Oleh karena itu, bisa dikatakan kalau sopan santun bersifat subjektif.

Terlalu rumit? 


Mari saya jelaskan ke kehidupan sehari-hari.

Dalam kehidupan sehari-hari, pasti kalian menemukan orang-orang yang memiliki kelompok. Dalam kelompok itu, pasti ada nilai-nilai yang disepakati bersama.

Misal, kalau tidak ikut nongkrong seminggu sekali, akan diberi hukuman. Maka mereka akan berjuang sebisanya agar tidak terkena hukuman tersebut.

Hal itulah yang menimbulkan kata "sopan santun".

Sama seperti budaya.


Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.

Semua unsur budaya itu terbentuk oleh kesepakatan bersama, yang mereka klaim sebagai kebenaran. Sama halnya dengan sopan santun.

Jika sopan santun itu objektif, maka saya akan terus marah-marah setiap hari.

Bagaimana tidak? Sahabat-sahabat saya mengatai saya anjing, tolol, bego saat saya melakukan hal konyol. Padahal hampir tiap saat saya bertingkah konyol.

Tolol (foto SS Google.com)

Atau mungkin saya akan marah-marah ketika orang tidak menyapa saya. Padahal, baru kenal kemarin malam, itupun hanya formalitas.

Nah itulah mengapa saya menyatakan sopan santun itu subjektif, tergantung situasi, tempat, adat istiadat, norma dan hukum yang berlaku. Tidak tepat kalau sopan santun itu dikatakan objektif.

Contoh-contoh simplenya bisa dengan mudah kita cari di internet. Ketika Yunani menganggap acungan jempol merupakan isyarat yang tidak sopan. Padahal di Indonesia, acungan jempol itu artinya bagus. Lebih jelas kan sekarang.

Pengertian Sopan itu JELAS Subjektif


Tapi.. bukan berarti Anda bisa bertingkah seenaknya. Sopan santun itu sudah terbentuk di lingkungan manapun.

Anda harus lebih cerdas memilih sikap agar tidak mudah dihabisi massa. Bahkan, keluarga Anda pun bisa menyiksa bahkan membunuh Anda jika tidak mengikuti norma yang ada.

Namun fungsi artikel ini untuk membuat Anda lebih percaya diri dan bepikir kritis, setelah sering menerima ujaran tidak sopan. Anda harus lebih dalam memilah, mana yang benar-benar layak dikatakan sopan, mana yang sopan karang-karangan "si otoriter"

Maka, daripada mati muda, lebih baik pikirkan baik-baik tingkah Anda. Untuk itu, Anda tidak mungkin tidak bertopeng. Soal ini, saya bahas di artikel ini: Apa Salahnya Jadi Manusia Bertopeng?

So... masih mau bilang sopan itu objektif? Mari kita berdiskusi di kolom komentar, karena saya hanya berusaha sok tahu agar orang tahu bahwa saya tidak tahu dan akhirnya memberitahu sehingga saya pun jadi tahu :)

Baca Juga: 
- Tamak itu Membanggakan
- PHP itu Mitos
- Jujur itu Kecil


Barbukti kalau google keliru memilih blog:

Redaksi

Menulis adalah cara saya mencari kebenaran yang tak selalu saya anggap kebenaran.

No comments:

Post a Comment